Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih, maka Rabb mereka akan memberikan petunjuk kepada mereka dengan sebab keimanan mereka itu.” (QS. Yunus : 9)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Allah akan menambahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk, yaitu Allah tambahkan petunjuk berikutnya.” (QS. Maryam : 76)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan untuk kalian suatu pembeda; dari kebenaran dan kebatilan.” (QS. Al-Anfaal : 29)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah akan memberikan keteguhan kepada orang-orang yang beriman, dengan ucapan yang kokoh, dalam kehidupan dunia dan juga di akhirat. Dan Allah akan menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah melakukan apa saja yang dikehendaki oleh-Nya.” (QS. Ibrahim : 27)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap kali seorang hamba semakin bertakwa maka dia akan semakin meninggi untuk menggapai hidayah yang lain. Dia akan senantiasa mengalami peningkatan hidayah selama dia mengalami peningkatan takwa. Dan setiap kali dia kehilangan suatu bagian ketakwaan maka luputlah darinya suatu bagian dari hidayah yang sebanding dengannya. Setiap kali dia bertakwa maka bertambahlah petunjuk yang dia miliki. Dan setiap kali dia mengikuti hidayah maka ketakwaannya juga semakin bertambah.” (lihat al-Majmu’ al-Qayyim, 1/102-103)
Ibnul Qayyim rahimahullah juga mengatakan, “Hidupnya hati adalah dengan amal, irodah/kehendak, dan himmah/cita-cita. Manusia apabila menyaksikan pada diri seseorang tampaknya perkara-perkara ini, mereka pun mengatakan, “Dia adalah orang yang hatinya hidup.” Sementara hidupnya hati adalah dengan terus-menerus berdzikir dan meninggalkan dosa-dosa.” (lihat al-Majmu’ al-Qayyim, 1/118)
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Terkadang hati itu sakit dan semakin parah penyakitnya sementara pemiliknya tidak sadar, karena dia sibuk dan berpaling dari mengetahui hakikat kesehatan hati dan sebab-sebab yang bisa mewujudkannya. Bahkan, terkadang hati itu mati sedangkan pemiliknya tidak menyadari. Tanda kematian hati itu adalah tatkala berbagai luka akibat dosa/keburukan tidak lagi menyisakan rasa perih dan pedih di dalam hati. Demikian pula, tatkala kebodohan tentang kebenaran dan ketidaktahuan dirinya tentang akidah-akidah yang batil tidak lagi membuatnya merasa kesakitan. Sebab, hati yang hidup akan merasakan perih apabila ada sesuatu yang jelek dan nista yang merasuki jiwanya, dan ia akan merasa kesakitan akibat tidak mengetahui kebenaran; hal ini akan bisa dirasakan berbanding lurus dengan tingkat kehidupan yang ada di dalam hatinya.” (lihat al-Majmu’ al-Qayyim, 1/131)
Sebagian orang bijak berkata, “Sungguh malang nasib para pemuja dunia; mereka keluar dari dunia dalam keadaan tidak merasakan sesuatu yang paling nikmat di dalamnya.” Ada yang bertanya, “Apakah yang paling nikmat di dalamnya?”. Kemudian dijawab, “Yaitu kecintaan kepada Allah, tentram dengan mengabdi kepada-Nya, rindu berjumpa dengan-Nya, serta merasakan kelezatan dan kesenangan melalui dzikir dan menjalankan ketaatan kepada-Nya.” (lihat al-Majmu’ al-Qayyim, 1/160)
[al-mubarok.com]